EMAK (ENERGI MASYARAKAT) LAWAN COVID-19
“Karena Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga”
Ungkapan ini mengingatkan kita betapa bahaya pandemi Covid-19 terhadap kelangsungan hidup kita. Covid-19 dapat menyebar dari orang satu kepada orang lain melalui berbagai macam media. Menurut World Health Organization (WHO), Covid-19 menular melalui orang yang telah terinfeksi virus corona. Penyakit dapat dengan mudah menyebar melalui tetesan kecil dari hidung atau mulut ketika seseorang yang terinfeksi virus ini bersin atau batuk. Penyebaran virus ini paling cepat melalui kontak langsung dengan benda yang sering disentuh orang seperti di tempat fasilitas umum. Orang-orang di sana tidak menyadari kalau mereka telah menyebarkan virus ataupun telah tertular virus itu sendiri.
Diawal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru yaitu coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Diketahui, asal mula virus ini berasal dari Wuhan, Tiongkok. Ditemukan pada akhir Desember tahun 2019. Pada awalnya data epidemiologi. menunjukkan 66% pasien berkaitan atau terpajan dengan satu pasar seafood atau live market di Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok (Huang, et.al., 2020). Sampel isolat dari pasien diteliti dengan hasil menunjukkan adanya infeksi coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru, diberi nama 2019 novel Coronavirus (2019-nCoV).
Pasien konfrimasi Covid-19 di Indonesia berawal dari suatu acara di Jakarta dimana penderita kontak dengan seorang warga negara asing (WNA) asal jepang yang tinggal di malaysia. Setelah pertemuan tersebut penderita mengeluhkan demam, batuk dan sesak napas (WHO, 2020).
Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan. Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama untuk kejadian severe acute respiratorysyndrome (SARS) dan Middle East respiratory syndrome (MERS) (PDPI, 2020).
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam, batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal.
Virus Korona (Covid-19) semakin mengancam negeri ini, setiap harinya jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) maupun pasien yang positif terkena virus ini semakin meningkat. Berbagai upaya dalam rangka penanganan virus Covid-19 telah dilakukan oleh berbagai pihak terutama tenaga medis dan gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 di setiap daerah. Dalam penangan Covid-19 ini kita tidak boleh hanya mengandalkan tenaga medis saja, akan tetapi kita juga dapat mengandalkan energi-energi yang terdapat dalam masyarakat untuk melawan Covid-19 ini.
Energi masyarakat yang dapat dimanfaatkan dalam penangan Covid-19 ini misalnya, dalam bentuk kegiatan sosial seperti, Rumah Makan Bumi Aki (RMBA) yang membuka dapur umum untuk menyediakan kebutuhan makanan bagi tenaga medis, gugus tugas penanganan Covid-19 dan keluarga pasien yang terkena virus Covid-19. Makanan yang dibuat di dapur umum ini diberikan kepada gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 Bogor untuk dibagikan kepada tenaga medis dan anggota keluarga pasien yang kurang mampu.
“Kegiatan membuka dapur umum yang dilakukan RMBA ini sebagai bentuk aksi kepedulian sosial dan mendukung penanganan Covid-19, kita tidak bisa menjadi dokter atau tenaga medis yang dapat membantu menangani pasien yang terkena Covid-19 secara langsung, tetapi kita bisa ikut berkontribusi dalam penanganan Covid-19 ini dengan memberikan makanan yang sehat bagi para pahlawan yang sedang berjuang untuk menyembuhkan para pasien virus corona dan juga kepada anggota keluarga pasien yang harus terus menjaga daya tahan tubuhnya dengan asupan makanan yang sehat.
Penanganan wabah penyakit dengan memanfaatkan energi dalam masyarakat juga harus dilakukan dengan pendekatan sosial budaya. Berbagai catatan sejarah penangan wabah di seluruh dunia memberikan informasi bahwa penanganan wabah penyakit tidak bisa jika dilakukan dengan hanya melibatkan aspek medis saja. Hal ini dikarenakan wabah penyakit dan aspek sosial-budaya adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Disatu sisi, penyakit seringkali disebabkan oleh budaya (cara-cara hidup) manusia, atau setidaknya penyakit mudah menjadi wabah karena budaya tertentu dalam masyarakat. Di sisi lain penyakit memberikan dampak yang luar biasa dalam aspek budaya manusia.
Karena wabah terkait dengan sosial-budaya, maka penanganannya juga harus mempertimbangkan aspek sosial-budaya. Dalam langkah penanggulangan covid-19 yang saat ini dilakukan, pemerintah telah memperhatikan aspek sosial budaya. Seperti misalnya: (1) himbauan membuat gugus tugas hingga tingkat Rukun Tetangga, (2) mengkampanyekan penanganan covid-19 dengan gotong royong, (3) pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Kebudayaan membuat video sosialisasi pencegahan covid-19 dengan menggunakan konten tradisi seperti lagu daerah, seni lakon tradisi dan sebagainya, (4) bahkan tidak dipilihnya opsi lockdown oleh pemerintah pusat adalah suatu bentuk perhatian pada aspek sosial.
Namun apa yang dilakukan belum memanfaatkan potensi energi yang ada dalam masyrakat secara maksimal. Disatu sisi pemerintah mengkampanyekan gotong royong dalam penanganan Covid-19, tetapi di sisi lain pemerintah menghimbau agar masyarakat menjaga jarak dan interaksi dengan sesamanya. Hal ini berpotensi menimbulkan kebingungan di masyarakat. Selain itu, himbauan isolasi diri ini ditambah dengan informasi tentang cara penyebaran virus dengan melakukan kontak dengan orang lain justru berpotensi menjadikan masyarakat memiliki sifat anti sosial, paling tidak untuk sementara waktu. Dengan mengisolasi diri, meskipun di rumah, sesama anggota masyarakat berkemungkinan tidak mengetahui kondisi para tetangganya, apakah mereka sehat, atau apakah mereka makan atau tidak. Apalagi jika keadaan makin memburuk, sifat alamiah manusia untuk bertahan hidup akan mendorong menguatnya sikap egoisme. Seorang Sosiolog Inggris, Herbert Spencer pernah mengatakan bahwa untuk bertahan dalam kondisi yang berat atau kejam, manusia membutukan sikap egois untuk memungkinkannya bertahan hidup. Sikap egois memungkinkan “the survival of the fittest” (Koentjaraningrat, 1981: 137).
Membuat materi kampanye berbasis budaya lokal, tetapi bukan sebatas konten seni tradisi seperti yang sudah ada saat ini. Materi budaya yang digunakan mestinya adalah memori lokal mengenai wabah, yang boleh jadi tersimpan dalam cerita rakyat, nyanyian dan sebagainya, sehingga masyarakat langsung memahami dampak yang akan ditimbulkan. Penggunaan memori kolektif ini menjadi penting karena pada dasarnya manusia mudah digerakkan apabila memiliki memori kolektif yang relatif sama. Selain itu, manusia bertindak sesuai dengan basis pengetahuannya, dan pengetahuan manusia disusun oleh beberapa unsur yaitu : persepsi, apersepsi, pengamatan, konsep serta fantasi. Oleh karena itu, jika pemerintah mampu menstimulasi lahirnya apersepsi dan fantasi yang sesuai, saya kira himbauan mengenai social atau physical distancing akan lebih dipatuhi oleh masyarakat, tanpa perlu menggunakan tekanan.
Melibatkan pemimpin adat, atau agensi lokal lainnya dalam melakukan kampanye penanganan covid-19. Pelibatan aktor-aktor lokal ini akan membawa dampak yang cukup signifikan karena himbauan berasal dari kalangan sendiri sehingga lebih di dengar. Pemerintah Kabupaten juga dapat membuat atau mengaktifkan posko-posko kesehatan dilingkungan terkecil. Instansi kesehatan dapat menunjuk duta kesehatan warga dan memberikan edukasi singkat mengenai pencegahan penyebaran virus corona.
Apabila diperlukan, pemerintah dapat menstimulus lahirnya aturan adat atau aturan desa yang bertujuan mensukseskan penanganan dan pencegahan Covid-19. Dalam banyak masyarakat, aturan adat atau peraturan desa kadangkala lebih dipatuhi dari pada himbauan pemerintah. Hal ini dikarenakan aturan adat dan desa dirasakan lebih “dekat” dari pada peraturan pemerintah.
Membentuk lumbung pangan warga. Mengingat bahwa pandemi melumpuhkan sektor ekonomi, maka perlu difikirkan suatu sistem pengaman pangan. Paling tidak, ada skema yang menjamin bahwa kecukupan pangan bagi masyarakat kelas bawah semasa pandemi akan terpenuhi. Karl Polanyi dalam bukunya The Great Transformation: The Political and Social Origins of Our Time (1944), menyebutkan bahwa masyarakat yang masih hidup dalam sistem kesukuan memiliki suatu skema jaminan ekonomi yang disebut redistribusi. Skema ini dapat kita terapkan untuk menghadapi wabah saat ini. Pemerintah dapat memerintahkan setiap Rukun Warga membentuk Tim Lumbung Pangan Warga yang bertugas mengumpulkan sumbangan atau iuran bahan pangan yang akan didistribusikan kembali kepada masyarakat saat kelangkaan bahan pangan terjadi pada masa wabah. Jika skema ini dikelola dengan baik, ketahanan pangan pada masa pandemi akan terjaga, dan ini akan berbanding lurus dengan pencegahan tindak penjarahan serta kerusuhan sosial.
Menurut hemat saya, pemerintah harus membuat suatu regulasi, yang mana regulasi tersebut memanfaatkan energi-energi yang terdapat dalam masyrakat dalam penanganan pencegahan dan penyebaran Covid-19. Karena jika keaadan semakin memburuk dikhawatirkan akan timbul permasalahan baru sehingga memperburuk keadaan saat ini.
Post a Comment